Cukup lama juga aku tidak update blog ini. Itu lantaran aku selalu menunggu waktu yang longgar. Ternyata belakangan aku memang tidak sempat menemukan waktu yang benar-benar senggang. Sebagai individu yang bekerja di perusahaan jasa konstruksi, mengharuskan saya harus bergerak di lapangan. Berangkat pagi dan sering pulang malam.
Nah kebetulan malam ini aku
menyempatkan diri untuk menulis di warnet yang aku lewati menuju jalan pulang.
Sebenarnya ini juga tidak sengaja. :-)
Sejak beberapa hari lalu,
para tukang di lokasi proyek menganjurkan aku lewat rute jembatan gantung. Itu
setelah kejadian aku hampir berkelahi dengan seorang bapak muda di perkampungan
yang aku lewati di rute lain; rute yang ternyata lebih jauh dibanding dengan rute
yang aku lewati malam ini. Ceritanya, ketika mampir di sebuah kantin, aku
bercanda dengan seorang anak SD dalam bahasa Lampung. Lalu datang pria itu
bersama istrinya. Pria yang tidak tahu pangkal pembicaraan kami merasa
tersinggung; disangka kami menyindir dia. Singkat kemudian dia mengambil pisau
dapur di kantin itu hendak 'menujah' aku. Tapi dihalangi istrinya.
Berulang-ulang aku meminta maaf dan mengaku salah khilaf. Eh dia malah makin
menjadi-jadi. Entah hanya acting untuk menggertak atau memang serius, aku tak
tahu. Tiba-tiba dia melempar sebuah tahu isi (tahu bunting) dari nampan di atas meja ke
arahku. Secara refleks aku bangkit dari tempat duduk dan menyambar gelas besar bertangkai
didekatku, maksudku mau aku pukulkan ke kepala pria itu. Lalu entah bagaimana,
pisau yang dipegang pria itu telah berpindah ke tanganku. Istrinya menghalangi
diriku sambil berucap, “jangan, jangan.. tolong saya.. jangan.” Pria itu berlari ke luar kantin sambil
menantang aku. “Sini di luar kalau berani.” Hehehe.. menantang kok makin
menjauh. Istrinya masih menghadang aku. Hening. Aku pun pura-pura menelefon
seseorang dan mengatakan keberadaanku. Lalu secara asal aku tekan nomor di
recent calls. Ternyata tersambung ke tukang yang barusan menelefon. Aku bicara
spontan dan cepat. Si tukang tentu gak nyambung maksudku. Aku cuma bilang
keberadaanku dan gak bilang bahwa aku sedang terancam. Keadaan pun reda. Pria
itu membonceng istrinya dan pergi sambil berkata, “awas kalau kamu lewat
nanti..”. Nanti entah kapan. Mungkin dia juga sudah lupa dengan janjinya.
Hahaha… :-D
Sampai
di lokasi proyek, aku cerita kejadian tersebut pada para tukang. Yang aku
telefon itu nyeletuk, “Oh.. jadi waktu kamu telefon tadi toh?! Pantes aja saya
juga bingung kok ngomong saya di sini di kresnowidodo.. terus gak tau lagi ngomong apa”. Lalu mereka
cerita bahwa penduduk kampung pria itu memang beringas. “Kalau kamu (aku
maksudnya) takut, kamu akan dimintai uang. Tapi ternyata kamu ngelawan..”
Setelah
peristiwa itu, para tukang menyarankan aku lewat rute jembatan gantung saja.
Lebih dekat dan aman. Lewat rute rel (karena melewati rel kereta api) agak rawan,
dan orang-orang gedong itu reseh-reseh. Banyak premannya. Disebut kampung gedong
karena di situ terletak rumah gedong milik seorang kepala preman yang bergelar pangeran. istrinya seorang lurah di kampung itu. aku sempatkan mengunjungi rumah gedong itu setelah kejadian hendak berkelahi itu. memperkenalkan diri. Alhamdulillah.. ibu lurah itu bilang kalau ada yang menggangu aku, bilang aja saya mau ke rumah gedong atau rumah pangeran. pangeran itu juga bilang agar aku tenang aja. gak apa-apa. tapi lain kali hati-hati. :-)
aku baru tau kalau gelar pangeran di lampung pepadun tepatnya di marga kampung itu bukan berarti dia keturunan raja kayak di lampung pesisir. gelar pangeran di lampung pepadun bisa diperoleh ketika begawi (acara adat) atau pemberian dari para tokoh adat.
aku baru tau kalau gelar pangeran di lampung pepadun tepatnya di marga kampung itu bukan berarti dia keturunan raja kayak di lampung pesisir. gelar pangeran di lampung pepadun bisa diperoleh ketika begawi (acara adat) atau pemberian dari para tokoh adat.
Aku
ogah mengikuti saran itu karena udah keder ama sebutan “jembatan gantung”-nya. Dalam bayanganku, jembatan gantung
itu adalah papan-papan yang tersusun bergantung di kawat baja. Bila dilewati
motor tentu akan berayun. Aku berani melewati jembatan gantung kalau terpaksa gak ada jalan lain.
Secara kebetulan, pukul 20.30 WIB tadi aku mengunjungi rumah seorang penduduk yang rumahnya berada di jalan rute jembatan gantung itu. Usai bincang-bincang selama sekira 1 jam, aku pamit sambil bertanya di mana jalan arah ke Beranti yang lewat jembatan gantung. "Jembatan gantung-nya bisa dilewati motor dengan aman?", tanyaku. "Bisa..!" jawab bapak itu. "Gak kan mengayun jembatannya?" tanyaku lagi. "Enggaak.." sambung bapak itu lagi.
di rute ini, aku mengira kalau aku sendirian. ternyata tidak. aku sempat berpapasan dengan beberapa pengendara motor lain.
Ahaa! Ternyata jembatan gantungnya tidak seperti yang aku bayangkan. cukup aman dilalui. Di tengah jembatan, aku berhenti dan ambil foto. Gelap. aku coba-coba liat sungai besar di bawahnya. Ketika asyik jeprat-jepret, muncul sebuah motor dari arah belakangku. "Sabar, sabar." kataku buru-buru. "aku foto ya? jangan maju dulu. berhenti di situ dulu ya.." Laki-laki itu agak sumringah. "Untuk apa?" tanya. "Untuk dipasang di internet", jawabku. Aku memang gak mau sebut-sebut blog atau istilah lain. kan gak tau dia bakal nyambung gak apa itu blog atau website. kalau istilah internet, banyak yang udajhdengar. akhirnya jepret. klik! :-)
aku minta tolong dia juga motret aku yang sudah di ujung jembatan. sedang asyik-asyiknya ambil foto, muncul dua motor lagi dari belakang. Terpaksa kami harus terus melaju dan bubar.
Melewati jalan tanah, kebun karet lalu sampai di simpang empat. aku sempat ragu. jalan mana nih yang bener? Instingku bilang belok kiri. Tidak jauh dari persimpangan itu, ada orang-orang sedang berkumpul di sebuah rumah. aku tanya jalan ke arah beranti.Alhamdulillah ternyata instingku gak meleset. :-) Seorang bapak muncul dari dalam rumah itu dan berpesan agar hati-hati pas di jembatan. rawan begal, katanya.
Akhirnya sampailah aku di warnet ini. Benar juga pesan bapak tadi. penjaga warnet cerita bahwa dua malam sebelumnya memang ada seseorang yang dibegal dan dirampas motornya.
aku pun buka facebook sejenak, buka blog dan menulis ceritanya. Usai offline, tentu aku harus meneruskan perjalanan. Pulang. Posting ini pun tentu akan diedit ulang kalau sempat nanti.
12 September 2012
Nah ini dia editnya sejenak. Keesokan harinya, aku mengajak teman pulang lewat rute jembatan gantung tersebut. Meskipun jalan agak parah, tapi temanku itu cukup antusias dan enjoy. rutenya lebih pendek menuju pulang. penduduk yang kami lewati cukup ramah dan bersahabat. sampai di jembatan gantung, kami pun ambil foto. Hanya saja ambil foto di atas jembatan gagal karena banyak motor yang lewat. jadi kami harus menyingkir cepat. :-)
12 September 2012
Nah ini dia editnya sejenak. Keesokan harinya, aku mengajak teman pulang lewat rute jembatan gantung tersebut. Meskipun jalan agak parah, tapi temanku itu cukup antusias dan enjoy. rutenya lebih pendek menuju pulang. penduduk yang kami lewati cukup ramah dan bersahabat. sampai di jembatan gantung, kami pun ambil foto. Hanya saja ambil foto di atas jembatan gagal karena banyak motor yang lewat. jadi kami harus menyingkir cepat. :-)
kurus, hitam dan agak semrawut tidak terurus. hehehe... |
foto pada siang keesokan harinya |
di tengah kebun karet |
area jembatan yang disebut rawan begal motor |
warnet |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah sempat mampir. Jangan bosan ya.. :-)