successandfailure.net |
Seorang laki-laki muda, mahasiswa di salah satu universitas, suatu hari berjalan-jalan bersama seorang profesor, yang biasa disebut sebagai “teman mahasiswa.”
Saat
berjalan bersama, mereka melihat sepasang sepatu tua yang tergeletak di jalan.
Mereka menduga milik seorang miskin yang bekerja di dekat lapangan, dan hampir
selesai dari pekerjaannya.
Mahasiswa
itu menoleh kepada profesor dan berkata: "Mari kita kerjain pemilik sepatu ini. Kita akan menyembunyikan sepatunya, lalu
kita menyembunyikan diri di balik semak-semak dan menunggu untuk melihat
kebingungannya ketika dia tidak dapat menemukan sepatunya"
Mendengar
ajakan mahasiswa itu, sang profesor menjawab, "Teman mudaku, kita
seharusnya tidak menghibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Karena kamu
kaya, mungkin akan dapat memberikanmu kesenangan yang jauh lebih besar melalui
orang miskin ini. Coba saja masukkan uang koin ke dalam masing-masing sepatu. Kemudian
kita akan menyembunyikan diri untuk melihat bagaimana penemuan koin itu akan
mempengaruhi dirinya. "
Mahasiswa
itu melakukan ide yang disarankan sang profesor. Mereka berdua menyembunyikan
diri di balik semak-semak di sekitarnya. Orang miskin tersebut yang telah bergegas menyelesaikan pekerjaannya, menuju ke lapangan tempat dia meninggalkan mantel
dan sepatu.
Sambil
mengenakan mantelnya, dia memasukkan kakinya ke salah satu sepatunya, tetapi
merasa ada sesuatu yang keras. Kemudian dia membungkuk untuk melihatnya dan menemukan
sebuah uang koin. Perasaan heran dan bertanya-tanya terlihat di wajahnya. Dia
menatap koin, melihat lagi dan lagi.
Dia pun melihat ke sekelilingnya di semua sisi. Tidak ada orang yang
terlihat. Lalu di memasukkan uang koin itu ke dalam sakunya, dan mulai
mengenakan sepatu yang satunya. Dia terkejut untuk kedua kalinya karena menemukan
koin yang lain.
Perasaan
gembira menyelimuti hatinya. Dia jatuh berlutut, menengadah ke langit dan
mengucapkan keras-keras rasa syukur yang sungguh-sungguh. Dia berbicara
sendiri tentang istrinya yang sedang sakit dan tak berdaya, serta anak-anaknya yang tanpa
persediaan roti di rumah. Dia merasakan karunia tepat waktu dari beberapa
tangan yang tidak diketahui, dan telah menyelamatkannya dari kehancuran.
Mahasiswa yang berdiri di sana sangat tersentuh hatinya dan sangat terharu, matanya berlinang penuh
dengan air mata.
"Sekarang
bukankah hal ini membuat kamu menjadi jauh lebih baik dibanding dengan
kesenangan kamu mempermainkan perasaan orang lain dengan perbuatan usil yang
kamu maksudkan?!" kata profesor
Si
pemuda menjawab, "Anda telah mengajari saya sebuah pelajaran yang tidak
akan pernah saya lupakan. Sekarang saya telah merasakan kebenaran kata-kata
Anda, yang saya tidak pernah mengerti sebelumnya. Adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima."
__________________________________
Disalin utuh dari: erabaru.net dengan perbaikan tata bahasa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah sempat mampir. Jangan bosan ya.. :-)